Tenario's Gospel

Sabtu, 31 Januari 2009

Who said the act of love had to make sense?













This is a beautiful line from one of my favorite movie of all time, Run Fatboy Run, a brilliant movie by David Schwimmer. The dialog happened between the 2 leading actor and actress, Simon Pegg and Thandie Newton. In the scene, Dennis Doyle who played by Simon Pegg was trying to explained why he had a cold feet and left Libby who played by Thandie Newton on the altar at their wedding day.

Danny: “You know, I mean, I didn't do you any favours on that day, ok? I did a stupid, stupid thing. But it was only because I thought spoiling your day was better than ruining your life. Does that make any sense?”

Label:

Bangkok Cinema Paradiso
















When in Rome, do as the Romans do! Pernah denger enggak idiom ini? Nah karena terngiang-ngiang oleh idiom inilah akhirnya gue memutuskan bahwa sebagai orang yang hobi utamanya nonton, enggak lengkap rasanya kalo gue ke Bangkok tapi enggak ngerasain bagaimana rasanya nonton bioskop di sana.

Yo wis, rencana ini bermula dari poster gede film Red Cliff 2 yang udah dipasang dimana-mana waktu itu di Bangkok. Nah berhubung gue nonton Red Cliff 1 dan penasaran banget sama kelanjutannya, gue niatin deh buat nonton film itu di Bangkok saja. Kan bahasanya mandarin pasti ada teks inggrisnya, jadi aman, enggak bakal bengong gue di combo sama oral mandarin dan teks Thailand hehehehehe.

Hari itu adalah hari ke 3 gue di Bangkok, keluar dari hotel jam 12-an dan menuju ke stasiun BTS, lalu beli tiket ke National Stadium. Nah stasiun National Stadium ini nyambung sama pusat perbelanjaan yang namanya MBK, kalau disini itu tuh Mangga Duanya lah. Begitu nyampe lansung bergerak mencari tempat makan, laper banget belum sarapan dari pagi, abisnya hostel tempat gue tinggal menu sarapannya monoton banget, telur mata sapi, sosis, nasi goreng, cereal, yoghurt, gituuuuuuuu aja tiap hari.

Nah akhirnya gue ketemu sama satu restoran yang unik juga desain interiornya, ala-ala Amrik tahun 60-an 70-an gitu deh, terus lagu yang diputer juga lagu-lagu Connie Francis, Nat King Cole, dan teman-teman almamaternya. Miriplah sama restoran Hot Shots yang ada di PIM 2 dan Senayan City kira-kira. Tapi ternyata desain Amriknya cuma gimmick doang, menu makanannya kaga ada Amrik-Amriknya, udah gitu semua pelayannya juga kaga ada yang bisa ngomong inggris, seperti biasa hahahahahaha.

Setelah bolak-balik menu cukup lama akhirnya gue memutuskan buat nyobain Tom Yum Goong n minum English Tea (enggak nyambung banget yak hahahahaha). Nunggu tidak begitu lama akhirnya muncul juga tuh makanan, yah secara rasa sih cukup mak nyuss, asem pedes seger n udangnya gede-gede. Yang sedikit bikin kesel adalah, pas mesen desert gue liat di gambar menu sepertinya sup ubi manis, lalu gue tanya sama pelayannya, “Is this sweet potato?” sambil nunjuk ke sang gambar, lalu dia liat gambar yang gue tunjuk, terus liat ke gua, n bilang, “Yes!!!” Ya udah gue pesen deh 1 mangkok. Eh udah ngebayangin enaknya makan sup ubi manis setelah makan Tom Yum Goong yang pedes asem itu, gak taunya pas dateng gambar kotak-kotak orange yang ada di menu itu ternyata bukan ubi tapi melon, huuu=(

Abis kenyang makan baru deh gue naik ke lantai paling atas tempat si bioskop itu berada. Tapi selidik punya selidik film Red Cliff 2 ternyata belum ditayangin alias masih jatahnya coming soon, yah lagi-lagi kecewa. Tapi udah kadung disana yaudah deh gue memutuskan nonton film Thailand aja sekalian, toh ada teks inggrisnya. Pilih-pilih sambil baca sinopsis yang ada di layar akhirnya gue milih film yang judulnya 4 Romance, cerita kompilasi 4 kisah cinta gitu deh.

Tiketnya sendiri harganya 100 Bath, berarti kira-kira 30 ribu uang sini lah. Abis beli tiket lansung menuju ke studionya, sebelum masuk ke area studio ternyata kita dicegat dulu sama 2 petugas, yang 1 meriksa tiket yang 1 meriksa tas gue. Selesai inspeksi akhirnya gue boleh masuk, Horeeee!!! Sampe di dalem, wah ini mah mirip-mirip bioskop MPX Grande di bilangan Blok M yang sudah sedikit renta dan out of date, tempat duduknya juga sempit dengan sedikit bau yang tidak begitu sedap, wah first impression yang kurang baik. Padahal konon bioskop di MBK ini adalah salah satu bioskop yang cukup elite.

Terus di Thailand itu yang namanya ekstra dan iklan sebelum film dimulai itu panjangnya bisa mencapai 20 menit, jadi buat orang-orang yang enggak bisa on time dan suka telat kalo nonton mendingan elo-elo pada migrasi aja ke Thailand hehehehe. Abis selesai jatah ekstra dan sponsor, lampu dipadamkan wah indikasi film mau mulai neh, tapi tunggu dulu….

Tau-tau di layar tertulis himbauan buat berdiri guna memberi penghormatan buat sang raja, kayak kalau kita nonton di bioskop pas 17 Agustus gitu deh, tapi bedanya kalo disitu kayaknya tiap mau nonton mesti kasih penghormatan. Abis itu diputarlah film tentang si raja Thailand yang begitu dihormati rakyatnya ini, mulai dari kecil, merit, pentasbihan, lalu hasil-hasil kerjanya, lengkap dengan musik yang menyayat hati. Itu orang yang nyiptain tuh footage dan musik perlu dikasih dua acungan jempol, gue aja yang enggak ngerti bahasanya n enggak kenal sama rajanya sampe bisa ikut terharu dan berkaca-kaca, Canggih!!!

Overall sih film yang gue tonton sampah, picisan, tapi lumayan asik juga pengalaman nonton bioskop di negeri orang. Yah walaupun secara kemajuan pembangunan kita masih kalah, tapi kalo untuk urusan mutu bioskop bolehlah kita berbesar hati dengan jaringan XXI dan Blitz Megaplex yang kita punya hehehehe.

Label:

Kamis, 22 Januari 2009

Embek Mak Nyuussss!!!







Tau kan adegan kalo di film-film penjara dimana saat seorang terdakwa mati mau dieksekusi pasti mereka ditanya, mau makan apa sebagai your last meal? Yang mayoritas kalo di film-film dijawab lobster hehehehe.

Nah kalo gue “amit-amit jauh-jauh ke ujung langit” berada dalam keadaan seperti itu, satu-satunya makanan yang akan gue sebutin tanpa harus berpikir panjang adalah Sop Kambing Dudung. Warung tenda yang berada di daerah roxy dan beberapa titik di seluruh Jakarta ini adalah sebuah harta karun kulinari Indonesia menurut gue.

Memang sih harganya kurang mencerminkan harga warung tenda, tapi dengan pertukaran kenikmatan surgawi yang akan elo rasakan saat kuah sop yang bertahtakan minyak samin itu menyentuh lidah elo, it’s really worth it hahahahaha. Selain itu juga dia menyediakan sate kambing yang tidak kalah dahsyatnya. Keluar dari patron klasik kalau sate kambing itu harus memiliki formasi daging-minyak-daging, dimana sate yang berkualitas tinggi ditentukan oleh bagian minyaknya yang bila disantap tidak meninggalkan residu di dinding dan atap mulut kita, sate Dudung hadir dengan full daging yang dipanggang dengan waktu yang sempurna sehingga keempukan dagingnya begitu terasa.

Gue sampai pada kesimpulan seperti di atas juga bukan tanpa usaha buat test drive sop kambing-sop kambing yang lainnya. Mulai dari yang bening, yang asal racik, sampai yang berkuah susu serupa dengan Dudung udah pernah gue coba, and the verdict is still the same, Dudung still the best!!! (kok gue jadi fanatik gini yak hahahahaha). Oiya buat elo-elo yang kadang-kadang suka males makan kambing karena baunya, tenang di Dudung juga proses penghilangan baunya cukup baik, sehingga saat sudah tersaji tidak ada bau-bau amis atau aneh yang lainnya.

1 porsinya biasa terdiri dari 5 potong, dimana bagian kaki dihitung 2 potong dan harga per potongnya adalah 5000 perak, jadi siapkan lah kira-kira 30 ribu rupiah bila ingin berkunjung ke sana. Atau elo bisa mencoba menu hemat gue yaitu sate 5 tusuk dengan bumbu kecap plus kuah kosong, ditambah nasi dan teh hangat, yah kira-kira elo harus merogoh kocek sekitar 23000 rupiah lah hehehehehe.

Yah pokoknya bagi kalian-kalian yang mencintai wisata kuliner atau yang tumbuh besar bersama anime Born To Cook dan ingin merasakan sensasi dimana setiap kali juri-jurinya mencicipi masakan biasanya mereka akan berteriak ENAAAAKKKKKKKK!!!! lalu masuk ke sebuah alam sureal, gue sarankan untuk mencoba Sop Kambing Dudung sluurrpy yummy!!!

Label:

Minggu, 18 Januari 2009

Vince Lombardi Once Said



















I firmly believe that any man's finest hour, the greatest fulfillment of all that he holds dear, is that moment when he has worked his heart out in a good cause and lies exhausted on the field of battle - victorious.

Label:

Senin, 12 Januari 2009

Chatuchak Shopping Frenzy















Menyambung tulisan mengenai kunjungan gue ke Thailand gak afdol rasanya kalo tidak menyebutkan tempat wisata yang satu ini. Pasar kaget yang terletak dekat dengan sebuah taman public dan tidak jauh dari terminal bis ini adalah surga bagi siapa saja yang mencintai kegiatan belanja. Buat yang mengkeret keningnya dan masih memegang kepercayaan animisme belanja itu harus buang duit banyak, tenang dulu. Disini semua barang harganya miring, super murah!!! Tentunya lengkap dengan proses tawar-menawar, baik yang menggunakan bahasa inggris yang proper, atau bahasa Tarzan, atau hanya cukup dengan berbalas angka melalui layar kalkulator.

Karena kebetulan gue nginepnya deket banget sama stasiun MRT walhasil tidak terlalu susah bagi gue untuk mencapai tempat ini, walaupun jaraknya cukup jauh, nyaris dari ujung ke ujung lah. Biasanya sih daerah nginep turis itu tidak jauh-jauh dari Silom, Khao San, atau Sukhumvit. Nah kalo dari Silom dan Sukhumvit sih kita bisa naik BTS atau MRT karena emang lewat jalurnya, tapi kalau dari Khao San ini nih yang mesti sedikit usaha. Sok taunya gue sih kalau liat dari peta, yang paling masuk akal adalah dari Khao San naik taxi dulu ke Saphan Taksin BTS station, lalu terserah deh mau naik BTS atau mau nuker ke MRT di Sala Daeng station.

Waktu gue berwisata ke Chatuchak itu adalah hari ke-2 gue di Bangkok, jadi bangun pagi gue olah raga ringan sambil nonton Channel V dulu. Channel V bukan sembarang Channel V yang ada di hostel gue ini, Channel V yang ini muter lagu-lagu mandarin melulu hahahahahahaha. Abis mandi dan siap-siap, sekitar jam 10:30 gue melenggang keluar dari hotel, mau nyari sarapan dulu. Muter-muter akhirnya ketemu sebuah kios mie kecil yang cukup menggoda di bawah eskalator menuju stasiun. Gue mesen wonton noddle with crispy fried pork, di menu harganya tertulis 45 bath tapi pas gue ke kasir gue disuruh bayar 82 bath. Lengkapnya sih gue mesen itu dan sebotol minuman orange, kalo diitung-itung masa minumannya harganya 37 bath, GAK MUNGKIN!!! Tapi ya sudahlah kayaknya repot juga kalo minta penjelasan, bisa-bisa energi dari mie tadi kebuang percuma. Oiya just for the record mie-nya sediiiiiiiikkkkkkkiiiiiiittttttttttttt!

Perut udah keisi akhirnya gue menuju ke stasiun MRT Silom. Nah biasanya sebelum masuk ke area buat nunggu kereta kita bakal ketemu mesin buat beli tiket. Tinggal pilih bahasa terus pencet deh destinasi kita, nanti harga yang mesti dibayar akan muncul. Nah trickynya adalah ada destinasi yang namanya Chatuchak Park dan mayoritas first timer yang mau ke chatuchak market pasti memilih tujuan ini. Sebenernya sih enggak salah, tapi masih lumayan jauh dari pasar kagetnya kalau kita turun disana. Mestinya itu kita turun satu stasiun sesudah Chatuchak Park, yaitu stasiun Kamphaeng Phet yang exitnya lansung nyambung sama Chatuchak market. Biaya naik MRT juga enggak mahal menurut itung-itungan gue, dari tempat gue naik aja yang hampir di ujung cuma 41 bath (kurang lebih 13000 perak uang kita lah), udah cepet, praktis, nyaman, dan yang paling penting orang-orangnya beradab dan tau aturan hehehehehehe.

Begitu sampe di Chatuchak dijamin akan menjadi pengalaman yang tidak ada duanya, bagi para wanita mungkin bisa-bisa mengalami mental orgasm hahahahahaha. Almost everything that you can think of ada di sini, fashion check, furniture check, books check, accessories check, unnecessary things that you think you will never need it but looks cute check, food check. Pasar kaget yang cuma buka Sabtu dan Minggu ini luasnya minta ampun. Makanya enggak usah sok gaya kalau mau kesana, yang penting baju yang enggak bikin panas, sepatu atau alas kaki yang nyaman, sama duit yang banyak hehehehehe. Kalo males jalan pun disediakan mobil yang siap nganterin kita muter-muter, tapi menurut gue pribadi sih bego banget orang yang milih explore chatuchak naik mobil emangnya ini Taman Safari apa??!!!

Bagi yang hobi jajan juga jangan khawatir, disini hampir semua bentuk jajanan ada, dari yang biasa sampe yang nyeleneh. Yang paling bikin gue kaget adalah jajanan sosis yang dijual seharga 5 bath doang alias 1500 perak duit kita, dalam hati gue ngomong, “Nah ini dia nih sosis ngaco yang minggu kemarin gue tonton liputannya di Reportase Trans TV!” Disana gue sempet juga makan Pad Thai sebagai menu makan siang gue. Berbahan dasar kue tiau kurus, sayur-sayuran, ebi, plus daging n seafood, yang semuanya digoreng, makannya pake perasan jeruk nipis sama kacang tanah yang ditumbuk kasar. Enak juga sih. Oiya satu hal lagi yang gue perhatiin, kalo di Thailand n kita mesen minuman dingin yang pake es di kaki lima, mayoritas es-nya itu diserut, menyenangkan!!!

Total jendral dari Chatuchak gue bawa pulang 6 kaos, sama sekantong plastik gede cemilan. Tadinya gue mau beli mouse pad Doraemon, pertamanya masih menimbang-nimbang, tapi pas udah niat eh gue lupa tempatnya hehehehehe. Yah intinya sih kalo dikau-dikau mau berkunjung ke Bangkok, ini tempat tidak boleh dilewatin. Sebisa mungkin atur deh jadwal perjalanan supaya elo bisa ada di Bangkok pas Sabtu atau Minggu karena cuma di hari itu Chatuchak market ini buka. You won’t regret it, percaya kata engkoh… ;)

Oiya hampir lupa, satu lagi yang keren menurut gue adalah, kalau misalnya nih elo-elo kesana terus naksir sama barang-barang yang sifatnya fragile atau terlalu besar buat dibawa, tenang dan tidak perlu bingung lalu mengutuk letak negara kita yang jauh. Karena disana on the spot mereka menyediakan jasa pengiriman barang ke negara kita tercinta masing-masing. Canggih!!!

Label:

Selasa, 06 Januari 2009

Hot n Cold

me likey this song and video, wicked \m/

Minggu, 04 Januari 2009

Let's Play Some Football!











It's the greatest pregame speech quote from the great coach Tony D'Amato aka Mr. Al Pacino himself, from the best football movie ever made in my opinion. Some people maybe like Remember The Titans or Friday Night Lights or hell maybe Varsity Blues, but for me it's always Any Given Sunday!

I don’t know what to say, really. Three minutes to the biggest battle of our professional lives. All comes down to today, and either, we heal as a team, or we're gonna crumble. Inch by inch, play by play. Until we're finished. We're in hell right now, gentlemen. Believe me. And, we can stay here, get the shit kicked out of us, or we can fight our way back into the light. We can climb outta hell... one inch at a time.

Now I can't do it for ya, I'm too old. I look around, I see these young faces and I think, I mean, I've made every wrong choice a middle-aged man can make. I, uh, I've pissed away all my money, believe it or not. I chased off anyone who's ever loved me. And lately, I can't even stand the face I see in the mirror. You know, when you get old, in life, things get taken from you.

I mean, that's... that's... that's a part of life. But, you only learn that when you start losin' stuff. You find out life's this game of inches, so is football. Because in either game - life or football - the margin for error is so small. I mean, one half a step too late or too early and you don't quite make it. One half second too slow, too fast and you don't quite catch it.

The inches we need are everywhere around us. They're in every break of the game, every minute, every second. On this team we fight for that inch. On this team we tear ourselves and everyone else around us to pieces for that inch. We claw with our fingernails for that inch. Because we know when add up all those inches, that's gonna make the fucking difference between winning and losing! Between living and dying!

I'll tell you this, in any fight it's the guy whose willing to die whose gonna win that inch. And I know, if I'm gonna have any life anymore it's because I'm still willing to fight and die for that inch, because that's what living is, the six inches in front of your face.

Now I can't make you do it. You've got to look at the guy next to you, look into his eyes. Now I think ya going to see a guy who will go that inch with you. Your gonna see a guy who will sacrifice himself for this team, because he knows when it comes down to it your gonna do the same for him. That's a team, gentlemen, and either, we heal, now, as a team, or we will die as individuals. That's football guys, that's all it is. Now, what are you gonna do?

Label:

A Nervous Romance













Here are some memorable quotes from the movie Annie Hall, one of my favorite movie and Woddy Allen masterpiece. It's witty, funny, smart, almost autistic and quite a phenomenon at its time, especially with the first time ever actor talking to the camera treatment.

[first lines]
Alvy Singer: [addressing the camera] There's an old joke - um... two elderly women are at a Catskill mountain resort, and one of 'em says, "Boy, the food at this place is really terrible." The other one says, "Yeah, I know; and such small portions." Well, that's essentially how I feel about life - full of loneliness, and misery, and suffering, and unhappiness, and it's all over much too quickly. The... the other important joke, for me, is one that's usually attributed to Groucho Marx; but, I think it appears originally in Freud's "Wit and Its Relation to the Unconscious," and it goes like this - I'm paraphrasing - um, "I would never want to belong to any club that would have someone like me for a member." That's the key joke of my adult life, in terms of my relationships with women.


Alvy Singer: Love is too weak a word for what I feel - I luuurve you, you know, I loave you, I luff you, two F's, yes I have to invent, of course I - I do, don't you think I do?


[Alvy confronts Annie about having an affair]
Alvy Singer: Well, I didn't start out spying. I thought I'd surprise you. Pick you up after school.
Annie Hall: Yeah, but you wanted to keep the relationship flexible. Remember, it's your phrase.
Alvy Singer: Oh stop it, you're having an affair with your college professor, that jerk that teaches that incredible crap course, Contemporary Crisis in Western Man...
Annie Hall: Existential Motifs in Russian Literature. You're really close.
Alvy Singer: What's the difference? It's all mental masturbation.
Annie Hall: Oh, well, now we're finally getting to a subject you know something about.
Alvy Singer: Hey, don't knock masturbation. It's sex with someone I love.
Annie Hall: We're not having an affair. He's married. He just happens to think I'm neat.
Alvy Singer: "Neat." What are you, 12 years old? That's one of your Chippewa Falls expressions.
Annie Hall: Who cares? Who cares?
Alvy Singer: Next thing you know, he'll find you keen and peachy, you know. Next thing you know, he's got his hand on your ass.
Annie Hall: You've always had hostility towards David, ever since I mentioned him.
Alvy Singer: Dav - you call your teacher David?
Annie Hall: It's his name.
Alvy Singer: It's a Biblical name, right? What does he call you, Bathsheba?


[last lines]
Alvy Singer: [narrating] After that it got pretty late, and we both had to go, but it was great seeing Annie again. I... I realized what a terrific person she was, and... and how much fun it was just knowing her; and I... I, I thought of that old joke, y'know, the, this... this guy goes to a psychiatrist and says, "Doc, uh, my brother's crazy; he thinks he's a chicken." And, uh, the doctor says, "Well, why don't you turn him in?" The guy says, "I would, but I need the eggs." Well, I guess that's pretty much now how I feel about relationships; y'know, they're totally irrational, and crazy, and absurd, and... but, uh, I guess we keep goin' through it because, uh, most of us... need the eggs.

Label:

Sawadee Ka














I'm back to Bangkok! Setelah kunjungan pertama di bulan Agustus kemarin, akhirnya gue mutusin buat go for a second date with Bangkok this January. Tiket udah gue beli jauh-jauh hari, dari pertengahan September lalu dengan pesawat Air Asia. Tadinya sempat ketar-ketir juga sih waktu tiba-tiba bandara Bangkok di ambil alih oleh pihak-pihak yang ingin agar perdana menteri Thailand turun, masih antek-anteknya Thaksin alasannya. Tetapi untunglah Tuhan masih berbaik hati mengizinkan keberangkatan gue berjalan mulus tanpa hambatan.

Tidak seperti keberangkatan pertama gue yang penuh drama, kali ini enggak ada ceritanya adu mulut sama petugas check in bandara, soalnya gue orang yang pertama check in hehehehehe. Kelar urusan check in terus ngurus fiskal deh, yang konon mulai 1 Januari 2009 udah gratis bagi WNI yang sudah punya NPWP. Ternyata bener lho, ada counternya sendiri lagi. Kita tinggal dateng ngasih kartu NPWP, lalu si petugasnya ngecek apa iya anak Cina ini udah terdaftar sebagai wajib pajak, terus di cap deh boarding passnya.

Selesai membuktikan sendiri mitos fiskal gratis, gue melenggang menuju bagian imigrasi, walaupun ramai tapi antriannya cuma sebentar kok, abis itu udah tinggal jalan santai menuju gerbang D4 dan menunggu keberangkatan, masih sempet ngintip Periplus dulu lagi dan nemu banyak buku yang pengen gue beli hmmmmm. Tepat pukul 10 pagi terdengar panggilan buat naik ke pesawat, wuih on time banget kali ini. Pas sampe di atas si burung almunium, ternyata krunya orang Thailand semua, abis itu penumpangnya dikiiiiittttt banget jadi bebas deh mau duduk dimana aja. Gue seperti biasa milih bangku yang nyaris belakang, karena menurut survei yang terpercaya kalau misalnya nih AMIT-AMIT KETOK KAYU JAUH-JAUH KE UJUNG LANGIT pesawatnya kenapa-kenapa, bagian buntut adalah yang paling besar kemungkinannya buat selamat hehehehehe.

Perjalanan udaranya sendiri memakan waktu sekitar 3 jam 10 menit, lama juga sih apalagi karena gue sendirian dan pesawatnya sepi jadi enggak ada yang bisa diajak bersilat lidah. Ya udah deh, berteman iPod dan buku biografi Bruce Lee saja. Jam 1 siang lewat 20 menit akhirnya gue menginjakkan kaki di tanah Thailand (oiya di Bangkok sama di Jakarta enggak ada perbedaan waktu, plek ketiplek sama), setelah di foto sama imigrasi dan diyakini kalo gue bukan salah satu buronan interpol akhirnya gue dipersilahkan mengambil bagasi, abis itu cao lansung ke pangkalan Taxi biar cepet nyampe hostel.

Kali ini nasib mempertemukan gue sama supir taxi yang namanya Mr. Kid (dibacanya Kits sama doi), bahasa inggrisnya super minim walhasil gue cape sendiri pas ngobrol sama dia, kebanyakan i don't know nya. Oiya 1 tips buat elo-elo yang mau ngobrol sama orang Thailand pake bahasa inggris, the golden rulenya adalah kaga usah mikirin grammar, yang ada jadi senjata makan tuan. Misalnya nih ya daripada elo ngomong, "So how long have you been working here?" mendingan elo bilang, "You,Work,Here,How Long?" atau daripada pas nawar barang elo bilang, "Come on Mister it's to expensive i can't afford that, can you lower it a little bit?" itu mah buang-buang energi sama waktu mendingan bilang, "Price, No Good, Discount More!" itu baru singkat, padat dan tepat guna hehehehehehe.

Kembali ke topik, akhirnya setelah berkendara selama kurang lebih 40 menit akhirnya sampai deh di hostel gue yang bernama Take a Nap, sebuah hostel kecil yang cukup strategis dan nyaman di Suriyawong Road, Silom District. Total biaya taxi, bayar tol 65 bath, fee bandara 50 bath dan argonya 217 bath, kalo dirupiahkan kira-kira 110 ribuan lah. Pas sampe lansung check in, taro tas, berbaring stretching-stretching sebentar, lansung kabur lagi.

Seperti biasa, kalo kita mau kemana-mana di Bangkok paling gampang ya naik BTS (Sky Train) atau MRT (Subway) n kebetulan stasiun BTS dan MRT-nya cuma sekitar 600 m dari hostel gue, STRATEGIS KAN??!!! Buat acara jalan-jalan di Bangkoknya akan gue sambung di post gue yang selanjutnya yak, to be continue biar ada aura-aura sinetron kejar tayangnya hehehehehehehe...=)

Label:

The Chemical Brothers - Midnight Madness

Weird but in a great way video with crazy moves!!!