Tenario's Gospel

Senin, 06 Oktober 2008

Laskar Penyelamat Perfilman Indonesia














Akhirnya setelah absen sekian lama, muncul lagi film Indonesia yang layak untuk ditonton oleh semua lapisan masyarakat. Laskar Pelangi, demikian judulnya, sebuah film karya Riri Riza yang diadaptasi dari novel fenomenal Andre Hirata.

Sumpah pada awalnya gue gak pernah tertarik sama buku laskar pelangi itu, yang setiap kali kalo gue makan di pinggir jalan Sabang pasti ditawarin sama tukang jual buku kelilingnya. Yang bikin gue ilfil juga adalah promo-promo lewat radio yang menyebut-nyebut kata salah satu dari tetralogi Andre Hirata, WTF is tetralogi???? (kayaknya sih maksudnya 1 tingkat di atas trilogi, jadi instead of 3 buku seri ini ada 4 buku).

Kalo gue jalan-jalan ke Gramedia juga, gak pernah sekalipun gue tertarik buat setidaknya browsing bagian belakangnya aja buat dapetin gambaran ceritanya, seperti yang sering gue lakukan terhadap buku-buku lain.

Nah waktu gue nonton Mamma Mia di Blitz, tiba-tiba pas bagian extra nongol tuh tulisan “Film Indonesia yang paling ditunggu-tunggu di tahun 2008!” wuiiihhh gak taunya trailernya film Laskar Pelangi. Trailernya sumpah gak menarik sama sekali, kayaknya para pembuat trailer Indonesia mesti dikasih kursus kilat sama kolega-koleganya di Holywood sono yang bisa menyulap film jelek jadi ditunggu-tunggu hanya dari kekuatan trailernya.

Hari Sabtu 2 minggu kemarin gue melakukan sidak ke Lippo Karawaci, seperti biasa begitu sampai tempat pertama yang gue sidak adalah bioskopnya. Waduhhhh hamper semuanya film Indonesia, Laskar Pelangi main 2 theatre lagi!!! Tapi kalo cuma main di 2 theatre mah belum bisa bikin gue yakin kalo tu film emang bagus, buktinya Kuntilanak waktu nongol aja main di 2 theatre juga, tapi elo tau sendiri kan kualitas tuh film dimana Julie Estelle bisa out of the blue nyinden.

Namun ya sudahlah, dibandingin yang lain kayaknya memang yang paling layak ditonton saat itu adalah laskar pelangi, paling gak yang main anak-anak polos yang gak akan bikin ilfil dengan akting-akting murahan ala sinetron yang bisa bikin pabrik Insto untung besar karena iritasi mata yang terjadi setelah menontonnya.

Pas film diputer, hmmmmm menjanjikan juga kayaknya, kualitas gambarnya OK, feelnya juga bagus. Lalu seterusnya yang bisa gue bilang adalah film ini BAGUS!!! Gak tau yah kalo masalah detail teknis dan segala tetek bengeknya yang gak gue ngerti juga, tapi dari kacamata awam penikmat film seperti gue sih menurut gue film ini layak mendapatkan segala sambutan yang diterimanya saat ini. Ceritanya perjuangan sekumpulan anak-anak dan 2 orang guru dari tanah Belitong di tahun 70an ini sangatlah humble tapi penuh pesan moral yang tidak sekalipun menggurui.

Bagi yang belum nonton, segeralah ke bioskop dan tonton film ini. Satu hal yang kurang menurut gue saat itu adalah, 2 orang yang duduk di belakang gue. Tuh 2 cunguk bawel banget, kayaknya yang 1 udah baca bukunya dan sok memberikan tuntunan sepanjang film kepada temennya yang gak pernah berhenti nanya sepanjang film, BASTARD!!!

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]



<< Beranda