Tenario's Gospel

Selasa, 09 Desember 2008

Twilight Zone




















Tu li lulit tu li lulit tu li lulit, bagi yang tumbuh besar bersama TV RCTI di tahun 90an pasti familiar dengan nada dari serial Twilight Zone yang dulu sering diputar pada hari Minggu jam 6 sore. Serial ini berisi cerita-cerita yang aneh dengan akhir yang biasanya out of the box untuk ukuran acara-acara di zamannya, karena kapasitas otak gue pada waktu itu belum sepenuhnya berkembang seringkali gue hanya garuk-garuk kepala bingung, hehehehe.

So diawali oleh mouth to mouth marketing yang sangat kenceng tentang sebuah novel berjudul Twilight, everybody is talking about it. Fenomena yang mirip dengan novel Laskar Pelangi, yang serupa juga efeknya ke gue, TIDAK TERTARIK! Lagian konsep cerita vampire memang bukan my favorite subject. Selesai gelombang bukunya eh sekarang nongol filmnya, yang lagi-lagi rame minta ampun. Seorang temen gue ada yang nonton sampe 2 kali, katanya bagus banget, bedalah ceritanya, ada juga yang bilang this is the next Harry Potter! Diberondong kanan kiri dengan informasi seperti itu akhirnya rasa penasaran gue timbul juga, siapa tau setelah nonton filmnya pendapat gue bisa berubah seperti waktu gue nonton Laskar Pelangi, so berangkatlah gue ke my holy ground semalem.

Sampai di loket tiket ternyata masih banyak kursi, aman hehehehehe. Nunggu dan muter-muter sekitar 1 jam akhirnya tiba juga waktunya film diputar, masuk dan ternyata full house lho. Dalam hati gue bilang, “Gila juga ini film bisa bikin bioskop full house di hari selasa n di jam pemutaran terakhir pula.”

And then come the moment of truth, menurut gue sih overall Twilight is just a regular love story with a little twist that’s all, nothing special, period. Pemeran utama wanitanya si Bella lumayan eye candy, in gloomy and awkward way, tapi cuma di adegan yang in door, soalnya di semua adegan out doornya dia berubah jadi kayak orang kena anemia akut. Lalu satu lagi karakter Edward Cullen yang digembar-gemborkan ganteng bukan main, pas karakternya nongol gue lansung berpikir, ARE YOU OUT OF YOUR MIND?!!??? His head is so big, the face line is like a square lunch box, the paleness is also ridiculous, and the cherry on top is when he shows how his skin looks under the sun, IT’S GLITTERING MY FRIEND, and the woman said you’re beautiful, WTF!!!

Buat gue juga chemistry diantara keduanya kurang banget, alesan perasaan cinta yang begitu menggebu-gebu diantara mereka juga kurang kuat buat gue. Enggak tau juga ya mungkin kalau di bukunya akan dikupas jauh lebih kompleks dan make sense kali yak. Klimaksnya film ini juga kurang menggigit, belum lagi special efek yang standar, n entah kenapa dari semua jurus yang memungkinkan buat ditunjukkan sang sutradara hobi banget dengan adegan manjat pohon yang enggak ada keren-kerennya.

Yah overall film ini sih not a complete waste of money, gue hanya merasa enggak sebanding aja dengan euphoria orang-orang, kok bisa yah segitu hebohnya. Pas film abis dengan meninggalkan hint buat sekuelnya gue cuma bisa garuk-garuk kepala, bingung gue, sebingung pas selesai nonton Twilight Zone dulu, 2.5 stars for this movie.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]



<< Beranda